Jumat, 24 Juli 2009

MODEL SWALAYAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Oleh : Dra. Kastin Widjaja

Bahasa mengantar manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari satu hal ke hal yang lain, meningkatkan kemampuan intelektual. berkesusastraan merupakan salah satu sarana untuk memahami hal itu.
Standar kompetensi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA meliputi empat aspek berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat aspek tersebut dikemas dalan lingkup kemampuan berbahasa dan bersastra.
Kemampuan berbahasa diarahkan agar siswa trampil berkomunikasi, sedang kemampuan bersastra diharapkan untuk penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi, ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik lisan maupun tertulis.
Berkaitan dengan tujuan pembelajaran berbahasa dan bersastra tsb. Di dalam Kurikulum 2004, standar kompetensi telah terpilah-pilah dengan baik setiap kompetensi dasar. Pembelajaran yang selalu urut per KD dan diulang-ulang model .membuat kebosanan bagi guru bahkan siswa karena selalu mengalami pengulangan di setiap aspek ketrampilan. Kebosanan tentu akan berpengaruh pada sikap dan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu keterbatasan jam efektif dan persiapan yang matang untuk menghadapi UNAS mengharuskan seorang guru mencari model-model pembelajaran yang lebih efektif.
Konsep-konsep pembelajaran Accelerated Learning mengilhami penulis untuk selalu mencoba model-model pembelajaran yang baru. Tentunya model pembelajaran yang lebih efektif akan semakin disukai oleh guru maupun siswa. Penulis mencobakan model pembelajaran yang menggabungkan keempat aspek berbahasa. Model pembelajaran ini bersifat mandiri, artinya model yang akan disajikan berasal dari siswa dan akan digunakan /disajikan untuk siswa.
Model ini mirip dengan model prasmanan pembelajaran. Di mana siswa memilih apa yang sesuai dan cocok bagi siswa atau sekelompok siswa sehingga siswa merasa senang dan tentunya keberhasilan akan lebih tampak.
Model swalayan, agaknya lebih cocok untuk sebutan pendekatan ini. Sebab dengan model ini siswa akan menentukan sendiri materi yang akan dipakai untuk dirinya/kelompoknya.dalam bentuk rekaman audio cassete. Audio cassete tersebut adalah hasil kerja siswa dengan materi yang ditentukan dan tema bebas ditentukan oleh siswa. Selanjutnya audio cassete ini akan digunakanuntuk pembelajaran bahasa Indonesia lanjutan oleh kelompok-kelompok siswa lain dengan bimbingan guru.
Model swalayan diharapkan lebih efektif dari model-model sebelumnya dalam proses pembelajaran empat aspek berbahasa. Karena itu model ini penulis ujicobakan pada kegiatan Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan empat aspek ketrampilan berbahasa pada siswa kelas XII program IA/IS semester ganjil di SMAN 2 PASURUAN.

Model swalayan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
Model ini penulis sajikan dari ide setelah penulis mempelajari maksud dari
Prasmanan pembelajaran. Model prasmanan yang dimaksud adalah bagaimana kita
memilih sarana multi media yang ada dalam proses pembelajaran. Atau bagaimana
kita dapat menggunakan campuran antara ruang kelas, CBT {COMPUTER-BASED
TRAINING}, internet, mentoring, dan semua yang lain, termasuk cara-cara yang
Tidak terpikirkan sebelumnya. Semua fasilitas ini diharapkan tersedia dan cocok
dipakai sebagai saran belajar.
Dari keterangan di atas, maka penulis mencobakan model yang menjadi
angan-angan itu menjadi sebuah kenyataan. Model ini diciptakan dari siswa dan
untuk siswa. Model ini membutuhkan waktu agak lama tetapi sangat efektif di-
gunakan.

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus terbagi menjadi tiga tahap kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Langkah-langkah kegiatan secara garis besar sbb.:
a. Siklus kesatu
Standar kompetensi
l. Mampu memahami dan menanggapi berbagai ragam wacana lisan nonsastra
melalui mendengarkan informasi dari berbagai sumber (berita atau laporan,
sambutan atau khotbah}
1.1 mendengarkan informasi dan memberikan tanggapan.
Untuk kegiatan pada siklus satu ini memerlukan waktu 2x45 menit dengan
Tahap-tahap sbb.:
Pendahuluan
Guru mengadakan presesi siswa agar mengetahui berapa siswa yang hadir dan
Berapa siswa yang tidak hadir.
Inti
1. Guru memberikan arahan kepada siswa tentang apa yang harus dilakukan untuk
mendengarkan informasi.
2. Informasi berasal dari audio cassete, berupa dialog dengan durasi l5 menit.
{dialog yang diputar berasal dari satu kaset yang akan dipakai secara bergilir
dari kelas XII paralel}
3. Siswa mendengarkan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
4. Guru memberi pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan informasi
yang baru saja diperdengarkan.
5. Siswa menjawab pertanyaan (tertulis)
6. Setelah siswa menjawab pertanyaan, guru menugasi siswa untuk memberikan
tanggapan terhadap dialog yang baru saja diperdengarkan.
Penutup
Sebelum pembelajaran berakhir, guru memberikan tanggapan secar langsung ter-
hadap kegiatan yang baru saja berlangsung. Selanjutnya siswa mengumpulkan
hasil kerja siswa untuk dievaluasi.

b. Siklus kedua
Siklus dua dilaksanakan bukan berdasar pada hasil penilaian siklus satu. Namun lebih dilihat dari kualitas serta keefektifan model pembelajarannya. Diharapkan pada siklus dua dan akan dilanjutkan pada siklus tiga ini akan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran serta keefektifan model pada setiap siklus.
Kegiatan siklus dua merupakan awal dari kegiatan siklus tiga yang pada akhirnya akan diperoleh hasil penilaian aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Efektivitas model ini justru terletak pada hasil yang langsung mencakup empat aspek berbahasa.
Kegiatan siklus dua memerlukan 2x45 menit tatap muka dan 2 minggu penugasan. Kegiatan awal siklus dua 2x45 menit dengan rincian sbb.:
1. Guru mengadakan presensi siswa.
2. Guru menjelaskan tugas tiap kelompok, bahwa mereka harus membuat rekaman
audio cassete seperti yang pernah mereka dengarkan pada siklus satu.
Guru juga harus menjelaskan bahwa hasil kerja mereka nanti akan dinilai menjadi
nilai tugas. berbicara .Oleh karena itu tiap anak harus merekam suaranya sesuai
dengan materi. (tiap kelompok terdiri dari 5 siswa atau 6 siswa tergantung jumlah
seluruh siswa di kelas tersebut.)
3. Siswa berdiskusi menentukan materi dialog pada side A dan materi pilihan pada
side B. Materi pilihan tidak diwajibkan untuk merekam suara sendiri, tetapi dapat
merekam dari radio, televisi, atau kaset dan diberi penjelasan asal sumber materi
rekaman.
4. Hasil diskusi dikonsultasikan kepada guru. Setelah guru menyetujui dan
memberikan arahan, maka guru akan mencatatnya. Kegiatan ini berlanjut pada jam
di luar jam tatap muka.
5. Guru menutup pertemuan tatap muka dan berpesan agar tugas merekam informasi
ini dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan hasilnya nanti akan digunakan pada siklus tiga.

Siklus ketiga
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan siklus dua. Pada siklus ini diawali dengan pengumpulan kaset oleh kelompok. Guru memberikan evaluasi hasil kerja siswa. Pemberian nilai sesuai dengan kualitasnya. Penilaian diselesaikan di luar jam tatap muka.
Dari hasil penilaian akan ditentukan kaset yang berkualitas baik. Kaset yang terpilih diberi nomor sesuai jumlah kaset. Kaset inilah yang akan digunakan dalam pertemuan siklus tiga.
Pertemuan siklus tiga memerlukan waktu 2x45 menit dengan langkah sbb.:
1. Pendahuluan
Guru mempresensi siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan keterangan
Bagaimana mengikuti kegiatan pada siklus tiga.
2. Inti
- Guru menyajikan gulungan kertas yang sudah diberi nomor yang sesuai dengan
jumlah kaset terpilih.
Seorang siswa mengambil satu gulungan kertas bernomor dan membukanya.
Misal gulungan kertas itu bernomor 5 maka guru mencocokkan dengan kaset yang telah diberi nomor 5 , maka kaset itulah yang akan diperdengarkan di kelas tersebut.
- Kaset diperdengarkan, siswa mencatat hal-hal yang penting.
- Kegiatan dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan yang juga ada direkaman
dan memberi tanggapan (tertulis)
3.Penutup
Kegiatan ditutup dengan penilaian secara umum. Penilaian perorangan menjadi
Tugas guru di luar jam tatap muka.
Dari hasil rekaman tsb. Dapat digunakan berulang, sebab hasil rekaman itu tidak saja berisi dialog namun ada pembacaan puisi, pembacaan puisi musikal, wawancara, pidato, diskusi, ceramah, monolog, membaca berita, bahkan membaca teks bersejarah seperti Teks Proklamasi, Teks Sumpah Pemuda. Oleh karena itu kaset ini dapat digunakan untuk pembelajaran jangka panjang.

Kesimpulan dan saran
Model swalayan merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dari metode prasmanan pembelajaran dalam konsep Accelerated Learning. Model ini sangat efektif sebab dengan satu model dapat dihasilkan evaluasi yang bervariasi dari keempat aspek berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas XII/IA-IS.
Model swalayan dapat dijadikan pilihan alternatif model pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XII /IA-IS. Model ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan dalam waktu yang panjang. Sebab antara yang satu dengan yang lain mempunyai keterkaitan yang erat.
Model swalayan dinilai efektif dan mempunyai kualitas hasil yang tidak perlu diragukan. Sebab dengan model ini siswa trampil mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa tentunya memiliki rasa bangga karena mereka mempunyai karya yang dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Saran
Saran dari penulis, model ini dapat dikembangkan dari audio cassete menjadi video cassete yang berisi klip-klip yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Selain itu disarankan cassete tersebut akan lebih bagus bila didampingi dengan buku yang berisi pokok bahasan dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar